Puter Kayun |
Disetiap tahun, pada 10 Syawal atau 10 hari sesudah perayaan Lebaran Idhul Fitri, warga Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi mengajak seluruh anggota keluarganya berpawai menggunakan dokar yang dihias warna-warni menuju ke Pantai Watu Dodol. Warga setempat menyebutnya sebagai tradisi Puter Kayun.
Start Puter Kayun di Desa Boyolangu |
Puter Kayun adalah salah satu tradisi unik yang sampai saat ini masih dilestarikan masyarakat Using di Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi. Puter Kayun merupakan tradisi yang dilakukan setiap tujuh sampai sepuluh hari setelah lebaran Idul Fitri.
Tradisi unik ini merupakan napak tilas pembangunan jalan dari Panarukan-Banyuwangi. Napak tilas itu dilakukan dengan menunggang Dokar atau Andong.
Di Boyolangu, tradisi Puter Kayun sudah diwariskan secara turun-temurun. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas rejeki Tuhan, Puter Kayun juga merupakan sebuah tradisi menepati sebuah janji, mereka adalah keturunan Buyut Jaksa atau Ki Martajaya. Konon, Buyut Jaksa yang tinggal di Bukit Silangu adalah seorang yang sangat sakti. Ia adalah orang yang berjasa dalam pembangunan jalan dari Panarukan hingga Banyuwangi di masa Kolonial Belanda.
Di Boyolangu, tradisi Puter Kayun sudah diwariskan secara turun-temurun. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas rejeki Tuhan, Puter Kayun juga merupakan sebuah tradisi menepati sebuah janji, mereka adalah keturunan Buyut Jaksa atau Ki Martajaya. Konon, Buyut Jaksa yang tinggal di Bukit Silangu adalah seorang yang sangat sakti. Ia adalah orang yang berjasa dalam pembangunan jalan dari Panarukan hingga Banyuwangi di masa Kolonial Belanda.
Namu usaha pembuatan jalan tersebut terhenti karena menemui rintangan. Rintangan tersebut adalah bukit batu yang keras dan tebal, sehingga tidak terusik sedikitpun oleh kekuatan manusia. Terlebih lagi dibukit itu diyakini ada kekuatan gaib. Tiap hari korban pun berjatuhan dari pihak Pribumi.
Perjalanan menuju Watu Dodol (Finish) |
Tradisi yang digelar secara turun temurun setiap lebaran tersebut sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang telah diberikan Tuhan, mempererat tali silaturahmi keluarga, sekaligus melakukan napak tilas dari para leluhur warga setempat yang membuat jalan dari Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol yang berjarak 15 kilometer.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar